Pengobatan alternatif adalah bentuk pelayanan pengobatan yang memakai cara, alat, dan bahan yang tidak termasuk dalam standar pengobatan kedokteran modern dan dipergunakan sebagai alternatif atau pelengkap pengobatan kedokteran modern tersebut.
Jenisnya pun beragam, seperti bekam, gurah, hipnoterapi, homeopati, ceragem, akupuntur, pengobatan menggunakan jamu, terapi polaritas dan lain sebagainya.
Ada banyak pengobatan alternatif yang berkembang di masyarakat. Ada yang ahli tulang, misalnya pengobatannya tulang patah hanya dengan ditarik dan dipijat, dan sakit gigi cukup hanya dengan mengoleskan daun tertentu pada pipi sehingga keluarlah kumannya.
Karena prosesnya yang tidak masuk akal tak sedikit orang kemudian meyakini proses terapinya pasti menggunakan media jin. Benarkah demikian? Bagaimana membedakan terapi yang menggunakan bantuan jin dan yang murni?
Pengobatan Alternatif Menurut Islam
Pengobatan alternatif seperti itu tidak selalu berhubungan dengan makhluk halus atau jin. Sekalipun tidak rasional, tapi selama memenuhi ketentuan tertentu maka bukan praktek menggunakan jin.
Contoh pengobatan alternatif yang benar menurut syariat islam.
- proses terapinya tidak menggunakan zat-zat yang haram, seperti darah, miras atau sejenisnya.
- melakukan pengobatan dengan media yang tidak haram,
- berobat yang tidak mengakibatkan adanya campur wanita dan pria yang bukan mahram yang bukan dalam kondisi darurat,
- berobat dengan pengobatan yang tidak mengandung unsur kekufuran atau syirik.
Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda:
“Sesungguhnya Allah tidak menjadikan kesembuhanmu pada apa yang diharamkan bagimu.” (Hadits Riwayat Muslim)
Begitu juga hadis lainnya yang diriwayatkan oleh Abu Daud.
قَالَ لَنَا حَدَّثَنَا هَارُونُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ بِشْرٍ حَدَّثَنَا يُونُسُ بْنُ أَبِي إِسْحَقَ عَنْ مُجَاهِدٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ نَهَى رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ الدَّوَاءِ الْخَبِيثِ
“Ia telah berkata kepada kami; telah menceritakan kepada kami (Harun bin Abdullah) telah menceritakan kepada kami (Muhammad bin Bisyr) telah menceritakan kepada kami (Yunus bin Abu Ishaq) dari (Mujahid) dari (Abu Hurairah) ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam melarang mengunakan obat yang telah diharamkan.” (Hadist riwayat Abu Daud Nomor 3372)
Ketentuan selanjutnya adalah pengobatan tersebut memang terbukti dapat menyembuhkan atau meringankan penyakit tertentu. Pembuktian tersebut bisa saja dibuktikan melalui penelitian ilmiah seperti obat-obatan yang digunakan dalam dunia kedokteran atau melalui fakta yang ada.
Seperti khasiat pijat dalam menyembuhkan patah tulang atau keseleo atau bisa dibuktikan dengan kedua-duanya.
Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam berobat dengan berbagai pengobatan yang memang terbukti berkhasiat pada masanya. Mulai dari berbekam, madu, hingga daun-daunan tertentu.
Sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Thabrani dalam al-mu’jam al-kabir dari Sahl bin Saad, bahwa Fatimah mengobati luka Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam dengan membakar sedikit bagian dari tikar yang terbuat dari daunan tertentu dan menempelkan abunya ke luka Rasulullah untuk menghentikan darahnya.
Beliau juga pernah memerintahkan para sahabat untuk berobat kepada seorang dokter yang ada di Madinah ketika itu.
Baca juga: Pengobatan Rasulullah
Pengobatan alternatif menggunakan ruqyah
Beberapa pengobatan alternatif juga menggunakan ruqyah sebagai sarana nya. Ruqyah sebenarnya juga bisa digunakan untuk penyakit fisik.
Allah ta’ala berfirman dalam surat Al Isra ayat 82.
وَنُنَزِّلُ مِنَ الْقُرْآنِ مَا هُوَ شِفَاءٌ وَرَحْمَةٌ لِلْمُؤْمِنِينَ ۙ وَلَا يَزِيدُ الظَّالِمِينَ إِلَّا خَسَارًا
“Dan Kami turunkan dari Al Quran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Alquran itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian.” (Al Quran Surah Al Isra ayat 82)
Sebagian ulama memaknai penawar tersebut tidak hanya untuk jiwa, tapi juga untuk sakit yang menimpa badan.
Hal ini juga dikuatkan dengan apa yang terjadi pada beberapa sahabat Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim. Bahwa sebagian sahabat mengobati orang yang terkena sengatan ular dengan dibacakan Al Fatihah.
Tentu saja efektivitas ruqyah erat kaitannya dengan kekuatan iman dan keyakinan peruqyah. Perintah berobat sebetulnya bersifat umum, ajaran Islam tidak merinci pengobatan tertentu yang lebih berkhasiat atau lebih baik dari yang lainnya.
Pengobatan apapun jenisnya baik itu kedokteran barat, kedokteran timur, pengobatan alternatif semuanya sah-sah saja. Asalkan tidak melanggar standar yang telah ditetapkan oleh ajaran Islam dalam dunia pengobatan.
Baca juga: Cara meruqyah anak
Hukum pengobatan alternatif menggunakan jin
Lalu bagaimana dengan pengobatan terhadap penyakit badan yang menggunakan bantuan Jin? Apakah bantuan Jin selalu identik dengan kemusyrikan?
Ibnu Taimiyyah menyebutkan hukum interaksi dengan jin sebetulnya tidak jauh berbeda dengan interaksi sesama manusia. Jika tolong menolong dalam dosa dan maksiat, maka hukumnya haram.
وَأَنَّهُ كَانَ رِجَالٌ مِنَ الْإِنْسِ يَعُوذُونَ بِرِجَالٍ مِنَ الْجِنِّ فَزَادُوهُمْ رَهَقًا
“Dan bahwasanya ada beberapa orang laki-laki di antara manusia meminta perlindungan kepada beberapa laki-laki di antara Jin, maka jin-jin itu menambah bagi mereka dosa dan kesalahan.” (Al-Quran surah Jin ayat 6)
Jin bisa melihat manusia, sementara manusia tidak bisa melihat Jin. Sehingga dalam interaksi dengan cinta tersebut rentan terjadi manipulasi dari pihak Jin.
Bisa saja Jin mengaku sebagai muslim untuk mengelabui orang, sehingga ketika orang itu sudah terikat dengannya mulailah ia meminta kompensasi atau imbalan berupa perbuatan kufur ataupun syirik.
Faktor seperti ini banyak sekali terjadi, akhirnya bukan Jin yang menjadi khadam atau pelayan manusia tapi sebaliknya malah manusialah yang menjadi khodamnya Jin.
Baca: Cara mengobati kesurupan jin
Nabi Sulaiman pernah minta bantuan jin?
Lalu bagaimana dengan nabi Sulaiman, bukankah Nabi Sulaiman juga pernah meminta bantuan jin?
Beralasan dengan kisah Nabi Sulaiman Alaihissalam sebenarnya tidak tepat. Memang Allah menundukkan Jin sehingga patuh kepada Nabi Sulaiman Alaihissalam, sebagaimana FirmanNya dalam surat Saba.
وَلِسُلَيْمَانَ الرِّيحَ غُدُوُّهَا شَهْرٌ وَرَوَاحُهَا شَهْرٌ ۖ وَأَسَلْنَا لَهُ عَيْنَ الْقِطْرِ ۖ وَمِنَ الْجِنِّ مَنْ يَعْمَلُ بَيْنَ يَدَيْهِ بِإِذْنِ رَبِّهِ ۖ وَمَنْ يَزِغْ مِنْهُمْ عَنْ أَمْرِنَا نُذِقْهُ مِنْ عَذَابِ السَّعِيرِ
“Dan kami (tundukkan) angin bagi Sulaiman, yang perjalanannya di waktu pagi sama dengan perjalanan sebulan dan perjalanannya di waktu sore sama dengan perjalanan sebulan pula, dan kami alirkan cairan tembaga baginya. Dan sebahagian dari jin ada yang bekerja di hadapannya di bawah kekuasaannya dengan izin Tuhannya. Dan siapa yang menyimpang di antara mereka dari perintah Kami, Kami rasakan kepadanya azab neraka yang apinya menyala-nyala.” (Al-quran surah Saba ayat 12)
Sulaiman adalah seorang nabi dan tunduknya jin di bawah perintahnya merupakan bagian dari mukjizat yang Allah khususkan untuk nya.
Larangan berinteraksi dan meminta bantuan jin dalam pengobatan sebetulnya bersifat pencegahan agar tidak terjerumus kepada perbuatan kufur dan syirik.
Wallaua’lam.