Hafiziazmi.com – Kita pasti tau jika timbangan amal kebaikan lebih banyak dari keburukan, maka akan dimasukkan kedalam surganya Allah, begitupun sebaliknya.
Namun, pertanyaanya adalah bagaimana jika timbangan amal kebaikan sama dengan keburukan? Kemana yang akan dituju, surga atau neraka?
Di padang mahsyar, pengadilan Allah Subhanahu Wa Ta’ala akan digelar. Pengadilan yang paling adil, tidak ada rekayasa, tidak ada lobby, tidak ada pengaruh mempengaruhi, benar-benar semua orang akan mendapatkan haknya dalam pengadilan ini.
Satu persatu masing-masing kita akan mendapatkan giliran. Seluruh umat manusia akan mendapatkan ganjaran dari amal perbuatannya selama di dunia.
Timbangan amal digelar, mereka yang timbangan kebaikannya lebih berat dari keburukannya akan ditempatkan di surga, sebaliknya mereka yang timbangan amal keburukannya lebih berat akan dilempar ke neraka.
Tapi ada juga orang-orang yang timbangan amal kebaikannya sama dengan keburukannya, tidak lebih berat atau lebih ringan. Lalu bagaimana nasib orang-orang yang timbangannya sama?
Amal Kebaikan Sama Dengan Keburukan
Orang yang timbangan amal kebaikan sama dengan keburukan, maka orang ini tidak bisa masuk surga dan tidak pula masuk neraka.
Lalu bagaimana nasibnya? Di mana tempatnya?
Orang-orang seperti ini akan diletakkan di tembok tinggi yang letaknya diantara surga dan neraka. Dari atas tembok mereka bisa melihat keadaan di surga dan neraka dengan jelas.
Saat melihat ke arah neraka, mereka merasa cemas dan takut kalau sampai dijebloskan ke dalam neraka itu. Mereka pun berdoa agar tidak dimasukkan ke dalam neraka yang panas bergejolak itu.
Ketika mereka melihat kearah surga, mereka sangat berharap agar bisa masuk ke dalam surga dengan secepatnya dan mereka berdoa pada Allah agar dimasukkan ke dalam surga itu.
Baca juga: Tanda amalan diterima Allah
Tembok tempat mereka berada inilah yang disebut dengan Al A’raf. Allah Subhanahu Wa Ta’ala bahkan mengabadikan nama ini sebagai nama surah dalam Alquran yaitu surah Al-A’raf, artinya tembok tertinggi antara surga dan neraka.
Tembok ini membatasi taman-taman surga dan neraka dari ketinggian tembok Al A’raf. Keindahan surga dan aktivitas para penghuninya terlihat jelas, demikian pula aktivitas para penghuni neraka.
Sementara orang nasibnya berada di atas tembok Al-A’raf ini disebut dengan Ashabul A’raf atau para penghuni tembok Al A’raf.
Setiap hari mereka disuguhi pemandangan dan kontras, mereka hanya bisa melihat orang bergembira di dalam taman surga, menikmati berbagai macam kesenangan dan kegembiraan, tapi tidak bisa ikut menikmati kegembiraan itu .
Setiap hari mereka juga melihat penderitaan orang yang sedang disiksa di dalam neraka jahanam. Mereka mendengar teriakan pilu dari orang yang sedang disiksa di dalam api neraka. Mereka memandangi tubuh itu dengan penuh kengerian.
Mereka terkatung-katung di antara surga dan neraka dalam waktu yang hanya Allah subhanahu wa ta’ala yang tahu. Agar bisa masuk ke dalam surga mereka memerlukan tambahan amal kebajikan yang dapat mendorong mereka masuk ke dalam surga, walaupun amal itu hanya seberat telur kutu saja.
Oleh karena itu banyak orang bertebaran ke sana ke mari mencari tambahan amal untuk menambah timbangan amal kebajikannya.
Karena itu agar kita kelak di akhirat tidak terkatung-katung di antara surga dan neraka hendaknya memperbanyak amal kebaikan selama masih hidup di dunia. Sehingga timbangan kebaikan lebih berat dari keburukan.
Baca juga: Amalan malam jumat
Amalan Pemberat Timbangan di Akhirat
Lalu amal apa saja yang bisa memperberat timbangan amal kebaikan?
Kalimat zikir seperti tahlil yaitu bacaan Lailahaillallah, tasbih (subhanallah walhamdulillah), takbir (Allahu Akbar) dan istighfar (Astaghfirullah) merupakan amalan ringan yang dapat menambah bobot timbangan kebaikan.
Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda.
عَنْ أَبِـيْ مَالِكٍ الْـحَارِثِ بْنِ عَاصِمٍ الأَشْعَرِيِّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ ، قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّـى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : «اَلطُّهُوْرُ شَطْرُ الإِيْـمَـانِ ، وَالْـحَمْدُ لِله تَـمَْلأُ الْـمِيْزَانَ ، وَسُبْحَانَ اللهِ وَالْـحَمْدُ للهِ تَـمْلأنِ أَوْ تَـمَْلأُ مَا بَيْنَ السَّمَـاءِ وَالأَرْضِ
Bersuci itu adalah separuh keimanan, bacaan Alhamdulillah itu adalah memenuhi beratnya timbangan di akhirat, sedangkan Subhanallah dan Alhamdulillah itu memenuhi apa yang ada di antara langit dan bumi. (Hadits Riwayat Muslim no.223)
Dalam riwayat lain Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda.
كَلِمَتَانِ خَفِيفَتَانِ عَلَى اللِّسَانِ ، ثَقِيلَتَانِ فِى الْمِيزَانِ ، حَبِيبَتَانِ إِلَى الرَّحْمَنِ سُبْحَانَ اللَّهِ وَبِحَمْدِهِ ، سُبْحَانَ اللَّهِ الْعَظِيمِ
Dua kalimat yang ringan untuk diucapkan tetapi berat dalam Timbangan dan disukai oleh Allah Yang Maha Pengasih yaitu; “Subhanallah wabihamdihi subhanallah hiladzim” Maha Suci Allah dengan segala pujian-Nya dan Maha Suci Allah Tuhan Yang Maha Agung. (Hadits Riwayat Muslim no.2694)
Berbagai amal sunah berupa kalimat dzikir dan tasbih itu amat membantu bagi seseorang di hari penimbangan amal.
Ketika timbangan amal buruk seseorang ternyata lebih berat dari amal baiknya, maka kalimat dzikir dan tasbih ini akan menambah timbangan kebaikan sehingga amal baiknya lebih berat dari amal buruknya.
Demikian pula jika terjadi amal baik dan buruknya seimbang maka kalimat dzikir dan tasbih yang diucapkan itu akan memenuhi timbangan kebaikanya, sehingga dia terdorong masuk surga.
Kisah ashabul a’raf atau orang yang timbangan amal baik sama dengan buruk ini dikabarkan dalam Al Quran surah Al-A’raf ayat 46 hingga 47.
Wallahu a’lam