Istri Marah Karena Cemburu Kepada Suami, Apakah Durhaka?

Istri marah karena cemburu apakah durhaka kepada suami. Lalu apa yang harus dilakukan ketika istri cemburu kepada suami?

Dalam kehidupan berumah tangga mencemburui pasangan merupakan hal wajar dan lumrah. Tapi ada kalanya rasa cemburu bisa sangat mengganggu dan mengundang rasa tidak nyaman bagi salah satu pasangan atau keduanya.

Istri cemburu kepada suami
Istri marah pada suami, sumber pixabay.com

Terlebih jika kecemburuan itu tidak dibarengi dengan akal sehat dan nurani yang jernih alias cemburu buta. Dalam fenomena yang banyak terjadi, umumnya sifat cemburu dimiliki kaum wanita.

Dalam menghadapi kecemburuan sikap para istri pun beragam, ada yang hanya menanya dalam hati, ada yang mengungkapkan rasa cemburunya, hingga ada yang marah kepada sang suami.

Padahal syariat Islam memerintahkan istri untuk berbakti pada suami. Lalu apakah cemburu bisa menjadi bentuk dari kedurhakaan seorang istri terhadap suaminya? Apa yang harus dilakukan ketika istri cemburu kepada suami?

Istri Cemburu Kepada Suami, Bolehkah?

Umumnya para ulama tidak mempersoalkan rasa cemburu istri terhadap suaminya atau sebaliknya. Sebab cemburu adalah sifat alami manusia yang wajar dimiliki pasangan suami istri. Istri-istri nabi Shallallahu alaihi wasallam pun merasakannya.

Aisyah menuturkan:

ما غرتُ على نساءِ النبيِّ صلَّى اللهُ عليهِ وسلَّمَ إلا على خديجةَ . وإني لم أُدركها . قالت : وكان رسولُ اللهِ صلَّى اللهُ عليهِ وسلَّمَ إذا ذبح الشاةَ فيقول ” أرسلوا بها إلى أصدقاءِ خديجةَ ” قالت ، فأغضبتُه يومًا فقلتُ : خديجةُ ؟ فقال رسولُ اللهِ صلَّى اللهُ عليهِ وسلَّمَ ” إني قد رُزِقْتُ حُبَّها “

“Aku tidak pernah merasa cemburu terhadap istri-istri Nabi melebihi kecemburuanku terhadap Khadijah. Padahal aku belum pernah berjumpa dengannya. Biasanya ketika beliau menyembelih kambing, beliau memerintakan: “bagikanlah daging kambing ini kepada teman-teman Khadijah“. Suatu hari, kecemburuanku membuat beliau marah. Kataku, “Khadijah?” beliau lalu mengatakan, “Aku dikaruniai rasa cintah kepadanya” (HR Al Bukhari 3818, Muslim 2435).

Artinya sejauh kecemburuan istriitu masih dalam batas normal tidak menjadi masalah. Justru rasa cemburu memang seharusnya dimiliki tiap-tiap pasangan.

Tetapi maksud cemburu di sini adalah cemburu yang bertujuan untuk saling menjaga satu sama lain dari perbuatan yang dilarang agama.

Apabila istri atau suami tidak memiliki rasa cemburu dan malah membiarkan pasangannya melakukan sesuatu yang dilarang agama. Maka dia termasuk yang terancam tidak masuk surga.

Baca juga: Istri memata matai suami

Sebagaimana disebutkan dalam sabda Nabi Shallallahu Alaihi Wa Sallam:

ثلاثةٌ لا يَدخلُونَ الجنةَ: العاقُّ لِوالِدَيْهِ ، و الدَّيُّوثُ ، ورَجِلَةُ النِّساءِ

“Tidak masuk surga orang yang durhaka terhadap orang tuanya, dayyuts (suami yang membiarkan keluarganya bermaksiat), dan wanita yang menyerupai laki-laki” (HR. Al Baihaqi dalam Al Kubra 10/226, Ibnu Khuzaimah dalam At Tauhid 861/2, dishahihkan Al Albani dalam Shahih Al Jami’, 3063)

Artinya cemburu yang disyariatkan adalah istri cemburu kepada suami karena melakukan kemaksiatan. Misalnya jika suami berzina, mengurangi hak-haknya, mendzolimi dan lain sebagainya.

Jika terdapat tanda-tanda yang membenarkan hal ini, maka ini adalah cemburu yang terpuji. Namun jika hanya dugaan belaka tanpa fakta dan bukti, maka ini adalah cemburu yang tercela.

Istri Marah Pada Suami Apakah Durhaka?

Lalu bagaimana jika rasa cemburu itu mengakibatkan sang istri marah-marah kepada suaminya?

Seorang istri tidak selayaknya marah-marah pada suaminya apalagi dengan luapan emosi yang berlebihan. Sebab Islam mewajibkan istri untuk taat pada suami.

Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda:

“Seandainya aku bisa memerintahkan seorang untuk sujud pada orang lain, pasti kuperintahkan seorang istri untuk sujud pada suaminya.” (Hadits riwayat Abu Dawud dan Tirmidzi)

Nabi juga bersabda:

“Sebaik-baik nya seorang istri adalah yang menyenangkan saat dilihat, taat saat diperintah dan tidak menentang suaminya baik dalam hatinya, serta tidak membelanjakan hartanya pada perkarayang dibenci suaminya.” (Hadits riwayat Ahmad)

Jika suami melakukan kesalahan, maka istri mengingatkan tapi dengan cara yang baik bukan dengan memarahi apalagi membentak. Sebab jika sampai membentak suami, maka tergolong durhaka terhadap suami.

Sedangkan durhaka pada suami itu dibenci Allah, Rasulullah, malaikat dan para bidadari. Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda:

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رضي الله عنه ، قَالَ: قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : أُرِيتُ النَّارَ فَإِذَا أَكْثَرُ أَهْلِهَا النِّسَاءُ، يَكْفُرْنَ قِيلَ: أَيَكْفُرْنَ بِاللَّهِ؟ قَالَ: يَكْفُرْنَ العَشِيرَ، وَيَكْفُرْنَ الإِحْسَانَ، لَوْ أَحْسَنْتَ إِلَى إِحْدَاهُنَّ الدَّهْرَ، ثُمَّ رَأَتْ مِنْكَ شَيْئًا، قَالَتْ: مَا رَأَيْتُ مِنْكَ خَيْرًا قَطُّ

“Neraka telah diperlihatkan neraka kepadaku, mayoritas penghuninya adalah wanita, karena mereka telah ingkar, kemudian ada yang bertanya; ‘Apakah mereka ingkar kepada Allah? Rasulullah menjawab; ‘Tidak, mereka mengingkari (kebaikan) suami. Jika engkau telah berbuat kebaikan kepada seorang wanita (istri) dalam waktu lama, kemudian dia melihat sesuatu (yang menyakitkannya-red) darimu, dia berkata, “Aku sama sekali tidak melihat kebaikan darimu!”. (HR. Al-Bukhâri, no. 29 dan Muslim, no. 884)

Riwayat lain juga menyebutkan:

عَنْ مُعَاذِ بْنِ جَبَلٍ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: لاَ تُؤْذِي امْرَأَةٌ زَوْجَهَا فِي الدُّنْيَا، إِلاَّ قَالَتْ زَوْجَتُهُ مِنَ الحُورِ العِينِ: لاَ تُؤْذِيهِ، قَاتَلَكِ اللَّهُ، فَإِنَّمَا هُوَ عِنْدَكَ دَخِيلٌ يُوشِكُ أَنْ يُفَارِقَكِ إِلَيْنَا

Dari Mu’adz bin Jabal, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam , beliau bersabda, “Tidaklah seorang istri menyakiti suaminya di dunia, melainkan istrinya dari kalangan bidadari akan berkata, “Janganlah engkau menyakitinya, semoga Allâh memusuhimu. Dia (sang suami) hanyalah tamu di sisimu, hampir saja ia akan meninggalkanmu menuju kepada kami.” (HR. At-Tirmidzi, no. 1174; Ibnu Majah, no. 2014. Hadits ini dihukumi sebagai hadits shahih oleh syaikh al-Albani)

Sikap yang Benar Ketika Istri Cemburu

Lalu bagaimana seharusnya seorang Istri bersikap ketika sedang cemburu?

1. Tahan rasa cemburu.

Pertama, jika masih bisa ditahan, hendaknya sang istri menahan rasa cemburunya. Jangan sampai dia terdorongmelakukan pelanggaran syariat dan durhaka pada suami.

2. Jangan marah kepada suami.

Kedua, tidak menyulut kemarahan suami, mengungkit kejelekan kejelekan dan kesalahan yang pernah dilakukan suami. Karena istri seharusnya menjadi hijab bagi suaminya, begitu pula sebaliknya.

3. Jalin komunikasi dengan baik.

Ketiga, jika sudah tidak bisaditahan maka komunikasikan dengan suami dan utarakan apa yang membuatnya cemburu. Kemudian diskusikan solusinya. Semua itu harus dilakukan dengan cara yang baik dan santun.

Nabi Shallallahu alaihi sallam berkata pada Aisyah radhiallahu anha:

“Hai Aisyah, bersikaplah lemah lembut. Sebab jika Allah menginginkan kebaikan pada sebuah keluarga maka dia menurunkan sifat kasihnya di tengah-tengah keluarga tersebut.” (Hadits riwayatAhmad)

Sementara itu jika suami sudah tahu jika sifat istrinya mudah cemburu. Sebaiknya menghindari hal yang bisa menyebabkan sang istri cemburu. Agar perasaan sang istri terjaga dan itu bagian dari memperlakukan istri dengan baik.

Referensi luar:
https://almanhaj.or.id/11050-istri-durhaka-diancam-neraka.html

Hanya orang biasa yang mencoba untuk menyebarkan ilmu Agama Islam sesuai sumber terpercaya yaitu Al-Quran dan Hadis.

Leave a Comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.