HafiziAzmi.com – Apa hukumnya menyebarkan berita bohong atau hoax? Apakah dalam islam ada larangan menyebarkan berita hoax? Berikut ini penjelasannya.
Internet telah membuat manusia dari berbagai belahan dunia terhubung. Kita bisa berbagi informasi dengan bebas meski tak kenal satu sama lain. Hadirnya ponsel pintar semakin mempercepat dan memperluas koneksi ini.
Setiap orang bisa menjadi produsen dan konsumen berita sekaligus. Kita kebanjiran informasi baik yang benar maupun yang tidak benar, ada yang penting banyak juga yang tidak penting. Celakanya ada saja pihak-pihak yang ingin memperkeruh situasi dengan menyebarkan berita palsu atau yang dikenal dengan hoax.
Bahkan ada juga yang membumbui dengan ayat-ayat tertentu seakan-akan akurat dan benar. Menambahkan kalimat-kalimat Alhamdulillah, Innalillah, dan Allahuakbar sehingga terkesan islami. Bahkan tak sedikit tulisan-tulisan tentang agama yang tak jelas sumbernya mengaitkan peristiwa atau fenomena dengan ayat dan hadis Nabi saw.
Celakanya lagi kabar-kabar yang tak jelas sumbernya tak jarang langsung juga di posting ulang dan disebarkan kembali tanpa konfirmasi atau tanpa mengetahui kebenarannya.
Hukum menyebarkan berita bohong
Allah swt. pun telah mengingatkan manusia.
وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ ۚ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَٰئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولًا
Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati semuanya itu akan diminta pertanggungjawabannya. (Q.S Al-Isra ayat 36)
Nabi telah mengingatkan dengan tegas orang yang mengatakan apa pun yang ia dengar berarti ia sedang berdusta. Sama halnya dengan orang yang mem-posting ulang setiap informasi yang dia terima baik melalui media sosial ataupun yang lainnya.
كَفَى بِالْمَرْءِ كَذِبًا أَنْ يُحَدِّثَ بِكُلِّ مَا سَمِعَ
Cukuplah bagi orang itu disebut berdusta apabila dia membicarakan setiap yang dia dengar. (Hadis Riwayat Muslim No.5)
Mengapa hanya mem-posting ulang disebut pembohong, karena informasi yang didengarnya atau diterimanya pasti ada yang benar dan salah. Jika semuanya ia sampaikan lagi ke orang lain, maka sudah pasti di antara yang ia sampaikan pasti ada informasi yang salah atau sebuah kebohongan meskipun ia tidak bermaksud berbohong.
Baca juga: Update status ibadah di media sosial
Kebohongan adalah menginformasikan tentang sesuatu yang bertentangan dengan yang sebenarnya dan tidak ada persyaratan di dalamnya harus dengan sengaja. Dalam hadis lain Rasulullah saw. juga menekankan pentingnya berhati-hati terhadap setiap Informasi yang disampaikan.
عَلَيْكُمْ بِالصِّدْقِ ، فَإِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِيْ إِلَى الْبِرِّ ، وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِيْ إِلَى الْجَنَّةِ ، وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَصْدُقُ وَيَتَحَرَّى الصِّدْقَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللهِ صِدِّيْقًا ، وَإِيَّاكُمْ وَالْكَذِبَ ، فَإِنَّ الْكَذِبَ يَهْدِيْ إِلَى الْفُجُوْرِ ، وَإِنَّ الْفُجُوْرَ يَهْدِيْ إِلَى النَّارِ ، وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَكْذِبُ وَيَتَحَرَّى الْكَذِبَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللهِ كَذَّابًا
Hendaklah kalian selalu bersikap jujur, karena kejujuran membawa kepada kebaikan, dan kebaikan mengantarkan seseorang ke Surga. Dan apabila seorang selalu berlaku jujur dan tetap memilih jujur, maka akan dicatat di sisi Allah sebagai orang yang jujur. Dan jauhilah oleh kalian berbuat dusta, karena dusta membawa seseorang kepada kejahatan, dan kejahatan mengantarkan seseorang ke Neraka. Dan jika seseorang senantiasa berdusta dan memilih kedustaan maka akan dicatat di sisi Allah sebagai pendusta (pembohong). (H.R Bukhari No.6094)
Rasulullah saw. mengingatkan agar tidak mengatakan sesuatu dari sumber yang tidak jelas. Menceritakan dan mencari-cari omongan-omongan orang untuk kemudian dia informasikan, bahkan sesuatu yang benar tidak harus disebarkan jika ada masalah yang mengancamnya.
Imam Nawawi mengingatkan, setiap orang yang sudah balig dan sudah sampai usia taklif hendaknya menjaga lisannya dari semua perkataan. Jika dia menganggap di perkataan tersebut ada maslahat barulah ia sebarkan dan jika ternyata antara maslahat dan mudaratnya berimbang, maka yang dianjurkan ialah ia menahan diri.
Nabi saw. mengingatkan.
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ اْلآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ
Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah berkata yang baik atau diam. (Hadis Riwayat Bukhari No.6018 dan Muslim No.47)
Tak ada beda antara ucapan dan tuliskan, keduanya bernilai sama, maka bisa kita maknai siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah ia menulis atau mem-posting yang baik atau kalau tidak diam itu lebih baik.
Wallahua’lam.