Hafiziazmi.com – Ada suatu kepercayaan yang tersebar di masyarakat bahwa orang yang kejatuhan cicak akan tertimpa sial. Bahkan ada yang menganggap kesialan yang didapat tergantung di anggota tubuh mana cicak itu jatuh.
Misalnya kejatuhan cicak di kepala pertanda rezekinya akan seret atau bisa jadi dia akan kehilangan salah satu anggota keluarganya, atau bisa juga akan jatuh sakit.
Sementara jika kejatuhan cicakj di kaki sering dianggap akan mendapat kesialan dan musibah di perjalanan, bisa jadi terpeleset di jalan mengalami kecelakaan dan sebagainya.
Lalu apakah anggapan ini benar menurut syariat Islam? Benarkah kejatuhan cicak bisa sial? Berikut ini penjelasan menurut islam.
Mitos Kejatuhan Cicak Bisa Sial
Mitos kejatuhan cicak ini memang cukup populer. Jika anggapan sial karena ketiban atau kejatuhan cicak didasari oleh penemuan ilmiah, tidak masalah. Misalnya seseorang boleh saja beranggapan kalau ada cicak jatuh di tangan atau makanan akan mendatangkan penyakit.
Anggapan ini bisa saja benar, namun bukan karena cicak adalah hewan pembawa sial melainkan karena kondisi tubuh cicak yang tidak higienis dan kotor. Karena menurut pakar kesehatan tubuh cicak membawa bakteri yang tidak baik untuk pencernaan.
Sementara anggapan-anggapan lain tentang kesialan karena ketiban cicak umumnya tidak dapat dibuktikan baik secara ilmiah maupun secara agama.
Dalam agama Islam, mitos-mitos semacam ini masuk dalam kategori yaitu tathayyur (menganggap sesuatu akan membawa sial pada seseorang tanpa adanya dalil maupun bukti ilmiah).
Para ulama menegaskan bahwa tathayyur dilarang dalam Islam, bahkan termasuk bentuk kesyirikan yang bisa menghilangkan kesempurnaan tauhid seseorang. Sebagaimana hadits dari Abdullah bin Mas’ud radhiallahu anhu, bahwa Rasulullah saw. bersabda.
اَلطِّيَرَةُ شِرْكٌ، اَلطِّيَرَةُ شِرْكٌ، اَلطِّيَرَةُ شِرْكٌ، وَمَا مِنَّا إِلاَّ، وَلَكِنَّ اللهَ يُذْهِبُهُ بِالتَّوَكُّلِ.
“Thiyarah itu syirik, thiyarah itu syirik, thiyarah itu syirik, dan setiap orang pasti pernah terlintas dalam hatinya sesuatu dari hal ini. Hanya saja Allah menghilangkannya dengan tawakal kepada-Nya.” (Hadis riwayat Abu Dawud dan Tirmidzi)
Tanggapan adanya pertanda buruk pada sesuatu adalah salah satu tradisi kaum jahiliyah. Firaun dan pengikutnya pernah menuding Musa sebagai pembawa sial. Tudingan itu disampaikan saat Allah mencabut kesuburan, kelapangan dan kesehatan di Mesir.
Saat itu Mesir dilanda musim kemarau yang panjang sehingga tumbuh-tumbuhan tak mau menghasilkan pangan, padahal dahulu mereka hidup dalam kemakmuran. Firaun lantas menuduh musibah itu disebabkan Musa.
Baca juga: Menabrak kucing hingga mati bisa sial?
Selain itu masyarakat Mekah juga menganggap datangnya burung hantu sebagai penanda datangnya sial. Sebagian orang berkeyakinan kalau rumahnya didatangi burung tersebut ada salah seorang dari penghuninya yang akan wafat.
Dan contoh-contoh lain yang serupa, namun setelah Islam datang tradisi ini dihapuskan. Lalu apakah beranggapan sial sama sekali tidak diperbolehkan?
Bolehkah Beranggapan Sial Terhadap Sesuatu?
Rasulullah pernah bersabda tentang adanya kesialan pada tiga hal. Beliau Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda.
الشُّؤْمُ فِى الدَّارِ وَالْمَرْأَةِ وَالْفَرَسِ
“Terdapat kesialan pada tiga hal: Kuda (kendaraan) perempuan (istri) dan rumah.” (Muttafaqun Alaihi)
Maksud kesialan diartikan oleh ulama bahwa ketiga hal ini bisa membuat seseorang tidak nyaman (bermusuhan) tetapi bukan pembawa sial secara mutlak. Karena dalam hadis lain, Rasulullah saw. bersabda.
أَرْبَعٌ مِنَ السَّعَادَةِ الْمَرْأَةُ الصَّالِحَةُ وَالْمَسْكَنُ الْوَاسِعُ وَالْجَارُ الصَّالِحُ وَالْمَرْكَبُ الْهَنِيْءُ وَأَرْبَعٌ مِنَ الشَّقَاوَةِ الْجَارُ السُّوْءُ وَالْمَرْأَةُ السُّوْءُ وَالْمَسْكَنُ الضَّـيِّقُ وَالْمَرْكَبُ السُّوْءُ
“Empat perkara termasuk dari kebahagiaan yaitu wanita (istri) yang sholehah, tempat tinggal yang luas dan lapang, tetangga yang sholeh dan tunggangan kendaraan yang nyaman. Dan empat perkara yang termasuk kesengsaraan yaitu tetangga yang buruk, istri tidak sholehah, kendaraan yang tidak nyaman dan tempat tinggal yang sempit.” (Hadis riwayat Ibnu Hibban)
Artinya kesialan itu adalah jika seseorang mendapatkan kendaraan yang tidak nyaman, istri yang menyusahkan dan rumah yang sempit. Namun bagi yang mendapatkan rumah lapang, kendaraan nyaman dan istri yang baik dan solehah tentu hal tersebut bukanlah sebuah kesialan.
Dengan kata lain, anggapan sial tidak dibenarkan jika disematkan pada sesuatu secara mutlak. Cicak tidak bisa dianggap sebagai hewan pembawa sial, begitupun orang, hewan atau benda lainnya.
Kalaupun benar terjadi musibah setelah kejatuhan cicak, maka itu atas kehendak Allah bukan karena si cicak. Cicak hanyalah makhluk biasa yang tidak punya kuasa apapun untuk menurunkan musibah pada sesama makhluk.
Bahkan cicak yang jatuh dari dinding pun terjadi atas kehendak Allah. Rasul Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda.
لاَ عَدْوَى ، وَلاَ طِيَرَةَ ، وَلاَ هَامَةَ ، وَلاَ صَفَرَ
“Tidak ada penyakit yang menular dengan sendirinya, tidak ada keyakinan sial karena sebab tertentu, tidak ada keyakinan tentang burung hantu dan tidak ada kesialan bulan shafar.” (Hadits Riwayat Bukhari no. 5757 dan Muslim no.2220)
Allah Subhanahu Wa Ta’ala juga berfirman.
قُلْ لَا يَعْلَمُ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ الْغَيْبَ إِلَّا اللَّهُ ۚ وَمَا يَشْعُرُونَ أَيَّانَ يُبْعَثُونَ
“Katakanlah: ‘tidak ada seorang pun di langit dan di bumi yang mengetahui hal gaib kecuali Allah.’ dan mereka tidak mengetahui bila mereka akan dibangkitkan.” (Al-Quran surah an-naml ayat 65)
Sekarang pertanyaan-pertanyaan seperti “apakah kejatuhan cicak akan sial” sudah terjawab. Intinya kita tidak boleh beranggapan sesuau berdampak sial, karena itu adalah perbuatan tathayyur.
Wallahu a’lam bishowab.
Terimakasih banyak, berkat info itu hatiku jadi lebih tenang
Alhamdulillah.. terima kasih kembali.
good luck
makasih,saya jdi tenang,,