Pada artikel kali ini Hafiziazmi.com kembali menyajikan kepada anda embun-embun ilmu yang terpendam yaitu keistimewaan bulan suro atau muharram.
Beberapa hari lagi kita akan memasuki bulan Muharram tahun 1439 Hijriyah, begitulah waktu selalu bergulir.
Bagi masyarakat muslim di tanah air bulan ini begitu istimewa. Orang-orang Jawa menyebutnya bulan suro. Itu sebabnya sebagian masyarakat melakukan ritual Grebeg Suro dalam menyikapi kemuliaan bulan ini.
Arak-arakan dan tidak tidur dimalam yang menjadi penanda bahwa bulan Suro begitu istimewa dan berbeda dengan bulan-bulan lain.
Apa Keistimewaan Bulan Suro?
Jika merujuk pada literatur agama, keistimewaan bulan Suro atau Muharam ternyata telah ditetapkan oleh Allah subhanahu wa ta’ala Jauh sebelum Nabi Muhammad SAW.
Bahkan sejak diciptakannya langit dan bumi. Bergulirnya waktu dari hari ke hari bulan ke bulan dan tahun ke tahun adalah sunnatullah atau ketetapan Allah.
Dan Allah Subhanahu Wa Ta’ala ciptakan peredaran pada matahari dan bulan agar dapat dijadikan patokan oleh manusia dalam menentukan waktu.
Faktanya seluruh penanggalan yang dikenal oleh umat manusia pasti mendasarkan perhitungan dari peredaran matahari atau bulan seperti kalender Masehi, yang dihitung berdasarkan peredaran bumi mengelilingi matahari atau kalender Hijriyah yang berdasarkan peredaran bulan mengelilingi bumi.
Dia-lah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan ditetapkannya orbit bagi perjalanan bulan itu supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan waktu.
“Allah tidak menciptakan yang demikian itu melainkan dengan kebenaran dia menjelaskan tanda-tanda kebesarannya kepada orang-orang yang mengetahui” (QS. Yunus ayat 5 )
Apakah Bulan Suro Itu Keramat?
Dari nikmat waktu yang Allah berikan kepada manusia, Allah anugerahkan waktu tertentu yang memiliki keistimewaan khusus.
Setiap amal sholeh yang dinilai lebih tinggi daripada waktu lainnya seperti waktu sepertiga malam untuk qiyamul Lail atau hari Jumat dalam seminggu dan bulan Ramadan dalam setahun.
Sehingga dijuluki penghulu para bulan. Dan Muharram atau Suro dalam budaya Jawa merupakan bulan yang juga Allah beri banyak keistimewaan.
Kemuliaan bulan Muharram ini bisa kita rasakan di negeri kita. Beberapa daerah di tanah air bahkan memperlakukan Bulan Muharram yang disebut dengan bulan Suro seperti bulan keramat. Di Jawa misalnya, orang menyebut bulan Mulia ini dengan sebutan suro.
Beberapa tradisi pada bulan ini seperti Grebeg Suro menunjukkan betapa orang-orang Jawa dulu begitu memuliakan Bulan Muharram.
Bahkan sebagian tradisi seperti memandikan kebo bule di Keraton Solo yang dilakukan di bulan Suro atau Muharram. Semakin mempertegas betapa bulan Suro memiliki arti tersendiri.
Lalu mengapa bulan Suro menjadi penanggalan di sebagian tradisi negeri kita.?
Suro merupakan salah satu nama bulan dalam penanggalan Jawa yang merujuk kepada penanggalan Hijriyah yaitu bulan Muharram.
Berawal ketika Islam mulai menyebar di tanah Jawa Sultan Agung Raja Mataram Islam pada abad ke-15 masehi. Memadukan kalender penanggalan Hindu yaitu kalender Saka dengan kalender Hijriyah hasilnya terciptanya kalender Jawa Islam.
Sebagai upaya pemersatu rakyat Mataram , maka sejak saat itu diberlakukan lah kalender Jawa Islam. Yang berlandaskan pada pergerakan bulan sebagaimana penanggalan Hijriyah.
Nama-nama bulan saka yang dulunya mengadopsi dari India seperti kasa, Karo, Ktiga, K-empat, K-lima, K-enem, K-pitu, K-wolu, K-sanga, K-sepuluh, desta dan sadah .
Dan dirubah dengan mengadopsi beberapa nama dari kalender Hijriyah menjadi Suro, Sapar, Mulud, Bakda mulud, Jumadil Awal, Jumadil Akhir, rejeb, ruwah, Poso, Sawal, dan sila.
Terlepas dari bentuk tradisi yang beragam di negeri ini bulan Suro atau Muharram memang bulan suci diistimewakan Allah Subhanahu Wa alat dari bulan-bulan lain.
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
“Sesungguhnya bilangan bulat pada sisi Allah adalah 12 bulan dalam ketetapan Allah di waktu dia menciptakan langit dan bumi di antaranya empat bulan haram itulah ketetapan agama yang lurus maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang 4 itu” QS. Surah Attaubah ayat 36
Menafsirkan ayat ini Imam al-qurthubi mengatakan, Allah secara khusus menyebut bulan-bulan haram dan melarang berbuat zalim sebagai bentuk penghormatan terhadap bulan-bulan haram. Sekalipun perbuatan zalim sebenarnya juga terlarang pada bulan-bulan lain.
Penafsiran itu lebih diperjelas oleh Imam Qatada dalam penjelasannya bahwa kezaliman yang dilakukan pada bulan bulan yang mulia itu lebih besar dosanya daripada kezaliman yang dilakukan pada bulan-bulan yang lain. Sekalipun setiap kezaliman kapanpun dilakukan merupakan kesalahan besar.
Bulan Suro atau Muharram Adalah Bulan Allah?
Bulan Muharram disebut Rasulullah sebagai safrullah atau bulannya allah. Satu-satunya nama bulan yang disandingkan Dengan nama Allah seperti halnya sebutan Baitullah atau rumah Allah yang menunjukkan Kebudayaan rumah itu atau Ka’bah. Hal ini tentu menunjukkan Bulan Muharram memiliki kedudukan dan keistimewaan di sisi allah subhanahu wa ta’ala.
Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda :
“Sebaik-baik malam adalah pertengahan nya sebaik-baik bulan adalah bulan Allah yang kalian sebut sebagai Muharram” (hadits riwayat Nasa’i)
Sebagian ulama mengatakan bahwa Suro / Muharram merupakan bulan terbaik dari 12 bulan. Sedangkan sebagian lagi berpendapat bahwa maksudnya adalah yang terbaik setelah bulan Ramadhan. Maka pahala amal shaleh pada bulan ini dilipatgandakan Begitu juga dengan perbuatan maksiat juga lebih besar akibatnya daripada bulan lainnya.
Pahala amal sholeh akan dilipatgandakan sebaliknya maksiat di tempat suci ini dapat mengakibatkan dosa yang berlipat.
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman :
“Siapa yang termasuk didalamnya masjidil haram melakukan kejahatan secara zalim Niscaya akan kami rasakan kepadanya sebagian siksa yang pedih” (QS Al Hajj ayat 25)
Sampai disini pembahawan kita kali ini mengenai keistimewaan bulan suro atau muharram. Semoga dari artikel diatas kita semua mendapatkan pelajaran berharga. Sampai ketemu di lain artikel.